Kamis, 25 Desember 2014

KUMPULAN PUISI PENDEK DENMAS PRIYADI



Denmas Priyadi

"SEBONGKAH KENANGAN"
Karya: Denmas Priyadi

Ku kuak kenangan ini meski terasa sakit
Lewat baris kata-kata nan puisi berbait
Saat kita berjalan di tepi sisian parit
Angkasa Puri sembilan belas tujuh tujuh
Dan, jari jemari kita pun saling bergamit

Tak ada kata-kata atau tegur sapa
Hanya tatap mata dan hati kita bicara
Tentang masa depan dan cita-cita
yang pupus tak terjelma dalam nyata
hanya jadi bongkah kenangan lama

Sampai kinipun kenangan itu
Masih mengganggu jiwaku di setiap waktu
mengoyak-ngoyak hati dan jantungku
Gemuruh di dada semakin terasa pedih
Sukma lara perih cita-cita tak bisa terraih

Kehidupan adalah memang sketsa garis-garis
Berkelak-kelok, kadang senang kadang miris
Kadang tertawa riang kadang sedih menangis
Dan, semuanya itu adalah rentang waktu
Perjalanan panjang yang terus akan berlalu

Utan Kayu Selatan,
21 Desember 2014/03:35 WIB



 
"H U J A N"
Karya: Slamet Priyadi

hujan adalah tetes-tetes air mata
tentang duka nestapa hitamnya jiwa
yang hingga kini belum juga berubah
terus bergelut dalam ranah
kotor penuh sampah
hujan adalah curah air limbah
 jiwa penuh noda dan dosa di ranah sukma
penuh cerita tentang kealpaan
yang terus berlanjut
carut-marut bagai benang kusut
yang sukar diusut
kemanakah dan dimanakah
ujung pangkalnya?
hujan adalah tetes-tetes air
yang mengalir dari hulu sampai ke hilir
menelusup ke perut bumi
tanpa komproni dan basa-basi
hanyutkan segala noda
hanyutkan segala dosa
dalam kesirnaan yang baqa

Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 13 Maret 2014 - 17:18 WIB


TEMBANG LARA SADANE
Karya: Slamet Priyadi

suara gemericik air
yang membentur batu
di kali Sadane itu
seperti untai nada-nada
do re do mi do fa do re mi fa
senandung ungkapan lara
tentang jernihnya air yang ternoda
oleh bermacam jenis sampah
yang berbaur bau anyir darah
 unggas-unggas potong
yang tak henti melolong
jerit kematian hilang nyawa
dimangsa vampir-vampir penguasa

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 9 Maret 2014


SEBIDUK CINTA
Karya: Slamet Priyadi

aku bukanlah kamu
kamu bukanlah aku
aku adalah aku
kamu adalah kamu
sebelum kita ada
aku tak ada
kamu juga tak ada
kemudian kita ada
aku ada kamu pun ada

lalu kita pun berjumpa
tapi tak pernah bertegur sapa
saat aku ke sana
justru kamu kemari
saat aku ke sini
justru kamu ke sana

selanjutnya kita pun jadi
ke sana dan kemari
kemari dan ke sana
saling berputar
saling berbalik
berbalik dan berputar
berputar dan berbalik

dan pada akhirnya
kita pun saling bicara
bersentuh kata
bersentuh rasa
bersentuh jiwa
bersentuh raga
bersama-sama dalam biduk asmara
bersama-sama arungi samudra cinta

Bumi Pangarakan, Bogor
  Jumat, 26 Desember 2014




GELORA RASA KAMA
Karya: Slamet Priyadi

mood ku terbelenggu di kutup kalbu
 lebam  membiru berwarna kelabu
tak ada lagi yang bisa terejawantah
tak ada lagi rangkai kata-kata indah
yang bisa ku ukir di atas batu jiwa
karena semuanya pecah terbongkah
menjadi kerikil-kerikil sukma
terlempar jauh di alam kembara

 atma pikiran diri pun sirna maya
bersama sang bidadari pelipur lara
yang lama bersemayam di dalam garwa
gelorakan rasa-rasa kama
kembara nun jauh bersauh keluh
dan rindu itu pun tak bisa lagi terbuka
sebab rantai belenggu di relung jiwa
ikat kuat kesenduan jiwa

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 08 Maret 2014


TIKUS GORONG
Karya: Slamet Priyadi

Saat gelap pekat rayapi malam
suara jangkrik mengerik di gorong-gorong
anjing-anjing liar di atas bukit melolong-lolong
burung celepuk hinggap di batang kayu bolong
Nyanyian tembang hujan katak bangkong
pecahkan kesunyian malam nan pekat kelam

seekor kucing hutan hitam mengendap-endap
bersembunyi di balik semak-semak belukar
terus merayap intai tikus gorong besar
sesaat lalu lompat menyergap
tikus gorong pun tertangkap
lunglai tak bisa lagi bergerak
dan nyawa pun lenyap

Bumi Pangaraka, Bogor
Sabtu, 08 Maret 2014


S E N Y U M
Karya: Slamet Priyadi

senyum adalah lukisan jiwa
gerak rasa pancaran wajah penuh ceria
seperti kata-kata dalam bicara
penuh pikat dan daya pesona

senyum ikhlas penuh ketulusan
 membuka bendung cairkan kebekuan
seperti warna-warni bunga ditangkainya
tebarkan aroma semerbak harum baunya
indah asri sejuk dipandang mata

Pangarakan – Sabtu, 01 Maret 2014


MERETAS BATAS
Oleh: SP091257

Meretas ambang batas
adalah kias akhir jalan panjang
kapung terapung di samudera luas
pupuh terlabuh bersimpuh lemas
terkulai lunglai tak lagi gemulai
terbujur kaku dalam amben panjang
tak ada lagi yang bisa dibanggakan


GELORA RASA
Oleh: SP091257

saat kau hadir di relung jiwa
itu semaikan kenangan lama
yang tak pernah lagi berlabuh
kembara layar kembang tak bersauh
dalam kasih yang terus tumbuh
hingga tak lagi bisa bersimpuh
sebab dirimu semakin jauh
dan aku pun tak mau mengeluh
meski itu telah membuatku luruh
dalam kebisuan yang pupuh


PERUT MALAM
Oleh: SP091257

merayap di perut malam
saat kelam mencekam
seekor musang hitam
tebarkan harum pandan
di balik gerumbul gumuk
mangsa unggas yang bertekuk
tak bisa lagi berkasak-kusuk


A G E M A N
Oleh: SP091257

kebenaran menguatkan keyakinan
keyakinan memunculkan kekuatan
kebenaran, keyakinan dan kekuatan
jadikanlah sebagai ageman
dalam mengatasi berbagai persoalan
bermacam-macam problema kehidupan
dengan percaya kepada kasih dan kuasa Tuhan


" S E N G A T "
Oleh SP091257

dusta adalah sengat iblis
cengkeram maut sirnakan iman
sulur menjalar gosip bertebar
ingkar melingkar dusta melebar
menyengat hati nan pedih perih


K E N A P A ?
Oleh SP091257

kenapa kita hanya memiliki
satu mulut dan dua telinga?
itu artinya,
banyaklah mendengar
dan sedikitlah bicara

orang yang banyak bicara
biasanya sukar mau mendengar
keinginannya hanya ingin didengar
Seperti aku
Seperti kamu
Seperti dia
Seperti mereka
Seperti anda
Seperti kita semua
Ha, ha, ha, ha, ha, ha !!!
                                                                                       
 
"ASUMSI"
Oleh: SP091257

dalam segala hal
kita sering berasumsi
menangkap maksud orang lain
dengan referensi
dan kebenaran diri sendiri

asumsi mengakibatkan kekacauan
sumber kesalahpahaman
merebakkan pertengkaran
konflik dan perpecahan

Jumat, 20 Febuary 2014
Bumi Pangarakan, Bogor

SAAT GERIMIS
Oleh: Slamet
Denmas Priyadi

saat gerimis rinai di luar rumah
menatap jalan setapak yang tak ramah
aku tengadahkan kepala tatap langit
seekor emprit menciap di hampar hutan lengit
tebarkan magi-magi sangit
mantra-mantra segarkan hijaukan bukit
yang kerontang lolong sakit menjerit-jerit

Bumi Pangarakan, Bogor
Jumat, 31 Januari 2014


“Garba”
(Denmas Priyadi Sabtu, 06 Juli 2013 08:36 wib)

“Garbaku hiruk pikuk ba' gerumbulan gumuk
Jiwaku riakkan semarak ba' awan berarak
Hatiku adalah rasa kabarkabur kasmarani berbaur
Muntahkan segala isi kosongkan jiwa nan terkubur”


“Terkulai”

“Terkulai di pembaringan,
tak ada yang bisa dilakukan,
hanya tengadah ke langit-langit,
menerawang nasib sengit,
tentang jiwa yang terpingit”.


“Welas asih”
"Sifat welas asih
penuh cinta kasih
adalah cermin
jiwa yang putih bersih"

Sifat angkuh nan sombong
adalah cermin
pikiran dan jiwa
yang kosong melompong.


“Dalam Gelap”
“Dalam gelap menyergap,
terjerambab, tergagap sirnakan sigap
lalu terbaring layu,
terbujur kaku, dan membeku”.


“Sejati manusia”
“Bergumul kadibyan kamulyan
kekangkan diri, sejati manusia mesu diri.
Sisihkan angkara 'tuk sucikan jiwa,
welas asih itu yang utama”


“Elang”
“Burung elang terbang melayang
di atas hamparan luas rumput ilalang,
lalu menukik tajam menerkam
induk ayam nyawa pun temaram”


“J i k a”
"Jika di segala ranah,
pejabatnya tak lagi amanah,
rakyat harus merubah
agar kesucian tak punah".


“Terbelalak”
"Siang terang benderang,
cuaca panas mencekam dari semalam,
dan mata tak bisa terpejam,
terbelalak menatap masa depan nan suram"


“Gelora”
"Wajah tersenyum,
mata kernyitkan makna,
ungkap jiwa dalam kata-kata,
gelora rasa dalam dada".


“Carut Marut”
“Bergelut dalam pikir carut marut,
membuat kening semakin berkerut,
saat solusi semakin jauh dari harap,
dan, semua tak ada yang bisa kutangkap”


“Temaram”
“Saat senja temaram rayapi malam,
Cakar kaki celepuk hitam,
cengkeram anak kelelawar bernasib kelam,
dan merah berdarah tebarkan bau anyir darah,
sirnakan jiwa kelam,
temaram ke alam kelanggengan”


“Gita Pertala”
“Gita pertala adalah tembang jagad raya,
lantunkan kilat irama,
melodi mandala di angkasa,
yang tebarkan merahnya merah,
warna tanda Tuhan murka”


 “Jajar Jejer”
“Kembara di alam maya,
telusuri malam pojok Jakarta,
banyak perempuan malam,
jajar-jejer nan molek penuh pesolek,
di lampu-lampu temaram,
jajakan diri 'tuk dicolek”.


“Termakan Tamak”
"Rasa kecewa berdecak dalam lelap,
saat mentari menyeruak di balik bukit,
yang sakit karena tak lagi bersemak,
hilang sirna termakan tamak".

"Dada ini pun bergemuruh,
pikirku hilang separuh,
karena di langit  masih ada cita-cita,
yang  belum tergapai menjelma,
dan semangatku pun cerai berai,
semakin lalai lemah lunglai".

Jumat, 26 Desember 2014
02:08 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar