O J O D U M E H
Karya: Slamet
Priyadi
Sebesar apa pun yang kita punya
Berilmu tinggi, berakhlak mulia
Miliki wajah cantik atau bertampan
wajah
Berkesejahteraan harta yang melimpah
ruah
Hendaknya hati kita selalu bersikap rendah
Tidaklah sombong, congkak dan pongah.
Sepenuhnya, marilah kita sadari
Bersikaplah rendah hati, jangan
pamer diri
Dinginkan hati saat kita dihina dan dicaci
Sebagaimana sifat air yang merunduk bergulir
Ke tempat yang lebih rendah terus mengalir
Seperti sikap tangkai-tangkai padi
Selalu merunduk meski semakin berisi
Mari sirnakan dan lenyapkan kesombongan
Mari singkirkan dan hilangkan keangkuhan
Tidak ada yang bisa disombongkan
manusia
Karena pada awalnya kita berasal dari sperma
Meski kemudian kita menjadi manusia sakti digjaya
Kelak pada akhir pengembaraan kita
di marcapada ini
Akan berjumpa mati menjadi bangkai yang tak berarti
Tak bisa lagi memberi nafkah dan rizki
kepada diri sendiri, saudara, keluarga dan famili
Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 31 Mei 2014 12:55 WIB
E M P A T H Y
By Slamet Priyadi
Saat kita mampu posisikan diri pada
situasi
Dan kondisi yang di hadapi orang lain
Disanalah empathy kita meskinya bermain
Seakan kita sama mengalaminya sendiri
Dalam kemampuan diri untuk mau memahami
Dalam kemampuan diri Untuk mau mengerti
Dalam kemampuan diri untuk mau mendengarkan
Turut hanyut pada inti pokok persoalan
Terlebih awal dari segala keluhan
Maka disanalah akan terbangun kepercayaan
Maka disanalah akan terbangun keterbukaan
Membangun kerja sama yang diperlukan
Dalam setiap mengatasi bermacam persoalan
Dengan begitu akan meringankan beratnya
beban
Akan meringankan perihnya sakit radang
Dalam hati, jiwa, dan pikiran seseorang
Curahan rasa simpati yang penuh dengan
keikhlasan
Akan sirnakan beban psikologis endapkan
rasa egois
Akan tumbuhkan jiwa toleransi penuh
harmonisasi
Kembangkan rasa kebersamaan senasib
sepenanggunan
Bumi
Pangarakan Lido, Bogor
Minggu,
16 Maret 2014 – 13:16 WIB
NASEHAT SEEKOR
KUPU-KUPU KECIL
Karya: Slamet Priyadi
Saat aku buka dan hidupkan laptop khusus belajar
Ada seekor kupu-kupu kecil hitam hinggap di layar
Hanya sebentar kemudian terbang berputar-putar
Lalu hinggap lagi di atas bungkus rokok anyar
Yang baru aku beli semalam di warung bang Togar
Tetangga sebelah rumah suami dari Rani Sidabutar
Aku biarkan kupu-kupu kecil itu tetap hinggap
Aku terus menulis syair lagu dan puisi dengan sigap
Kupu-kupu kecil itu sepertinya tak merasa terusik
Dengan nada-nada yang ku dendangkan sedikit berisik
Merasa terusik kupu-kupu kecil hitam itu lalu terbang
Berputar-putar di atas kepalaku melayang-layang
Hinggap lagi di bungkus rokok yang ku hisap sebatang
Aku masih saja tak pedulikan kupu-kupu kecil itu
Biarkan ia bertandang di atas bungkus rokokku
Godek-godekkan kepala dan sulurkan semotnya
Matanya menatap nanar ke arahku seperti berkata
“Wahai lelaki tua, kau sepertinya sudah lupa usia!”
Sesaat kemudian kupu-kupu kecil itu terbang lingkar
Melayang berputar-putar kelilingi
lampu yang bersinar
Sambil hisap sebatang rokok dan minum seteguk kopi
Aku teruskan menulis puisi ungkapkan segala inspirasi
Saat asyik ekspresikan dan ungkapkan estetika seni
Tiba-tiba saja kupu-kupu kecil hitam
itu kagetkan aku
Dengan hinggap sebentar gesekkan kaki di telingaku
Serasa menggelitikku, serasa mengusik konsentrasiku
Kupu-kupu kecil hitam itu terbang melayang-layang
Kelilingi ruang kamar belajarku lalu kembali bertandang
Dan hinggap lagi di atas bungkus rokok kemasan usang
Sambil kepakkan sayapnya dan perutn yang hitam belang
Sambil terus angkat-angkatkan kakinya yang bergerigi elang
Sambil terus menerus julur-julurkan itu sulur semot benang
Ke arah bungkus rokok yang masih isi berbatang-batang
Seperti bicara dan berkata-kata
nasehat gancang sayang
Wahai kau lelaki tua! Hentikan kelepus asap rokok berkarat
Itu adalah laku tak baik, tak sehat, dan banyak mudharat
jagalah sehatmu sebelum sakitmu
jagalah hidupmu sebelum matimu
jagalah usiamu sebelum ajalmu
Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 15 Maret 2014 - 05:18 WIB