Kamis, 06 Maret 2014 | 22:54 wib
Arjuna Ngelmu Kasunyatan |
Kekuasaan raja-raja Mataram begitu besar di
mata rakyat, sehingga rajyat mengakui bahwa raja sebagai pemilik segala
sesuatu, baik harta benda maupun manusia. Karena itu
terhadap keinginan raja, rakyat hanya dapat menjawab ’ndherek karsa dalem’
(terserah kepada kehendak raja) kekuasaan yang demikian besar itu dikatakan ”wenang
wisesa ing sanagari” (berwenang tertinggidi seluruh negeri).
Dalam
pewayangan kekuasaan yang besar itu biasanya digambarkan sebagai ”gung binathara,
bau dhendha nyakrawati” (sebesar kekuasaan dewa, pemelihara hukum dan
penguasa dunia). Dalam
kedudukan sebagai penguasa negara, raja berhak mengambil tindakan apa saja
dengan cara bagaimana saja terhadap kerajaannya, segala isi yang ada di
dalamnya, termasuk hidup manusia. Karena itu kalau raja menginginkan sesuatu,
dengan mudah ia akan memerintah untuk mengambilnya. Kalau yang
mempertahankan, maka diperanginya. Sebaliknya kalau ada orang yang dipandang
tidak pantas berada dalam kedudukannya, dengan mudah saja raja mengambil
kedudukannya, dengan membunuhnya bila perlu. Akan tetapi
dalam konsep kekuasaan Jawa, kekuasaan yang besar diimbangi dengan kewajiban
yang dirumuskan dalam kalimat ”berbudi bawa leksana, ambeg adil para marta”
(meluap budi luhur mulia dan sifat adilnya terhadap semua yang hidup, atau adil
dan penuh kasih). Raja yang
dikatakan baik adalah raja yang menjalankan kekuasaannya dalam keseimbangan
antara kewenangannya yang besar dengan kewajibannya yang besar juga. Kekuasaan
yang besar di satu pihak dan kewajiban seimbang di lain pihak merupakan isi
konsep kekuasaan Jawa.
Penerapan
konsep keagungbinatharaan yang lengkap dan tepat akan mendatangkan ”negeri
ingkang apanjang-apunjung, pasir wukir loh jinawi, gemah ripah, karta tur
raharja” (negara yang tersohor karena kewibawaannya yang besar, luas
wilayahnya ditandai oleh pegunungan sebagai latar belakangnya, sedang di
depannya terdapat sawah yang sangat luas, sungai yang selalu mengalir, dan
pantainya terdapat pelabuhan yang besar). Raja yang secara konsekuen menjalankan konsep atau
doktrin keagungbinataraan selalu memeperhatikan kesejahteraan rakyatnya,
bersikap murah hati, dan sebagainya. Figur raja demikian setidaknya mewakili
figur ideal seorang pemimpin dalam suatu pemerintahan. Ungkapan itu sebagai
tradisi pewarisan kepemimpinan yang dirasakan kian penting di era komunikasi
global sekarang ini. http://m.suaramerdeka.com/bb/bblauncher/SMLauncher.jad
(Eko Wahyu Budiyanto/CN37)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar